Kota Lampung
1.
Sejarah
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatra,
Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatra Selatan. Provinsi Lampung
dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan
gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki
wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya
bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan
nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk
Lampung.
Sedangkan di Teluk
Semangka adalah Kota Agung
(Kabupaten
Tanggamus), dan di
Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan
Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal
nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia
terdapat Pelabuhan Krui.
Lapangan terbang
utamanya adalah "
Radin Inten
II", yaitu nama baru dari "Branti", 28 Km dari
Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI
terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi
Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103o
40' - 105o 50' Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45'
Lintang Selatan
Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500
hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten. Putra mahkota
Banten, Sultan Haji, menyerahkan beberapa wilayah kekuasaan Sultan Ageng
Tirtayasa kepada Belanda. Di dalamnya termasuk Lampung sebagai hadiah bagi
Belanda karena membantu melawan Sultan Ageng Tirtayasa.
Permintaan itu termuat dalam surat
Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia
yang sedang berlabuh di Banten. Surat bertanggal 12 Maret 1682 itu isinya, Saya
minta tolong, nanti daerah Tirtayasa dan negeri-negeri yang menghasilkan lada
seperti Lampung dan tanah-tanah lainnya sebagaimana diinginkan Mayor/ Kapten
Moor, akan segera serahkan kepada kompeni. Surat itu kemudian dikuatkan dengan
surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak
monopoli perdagangan lada di Lampung.
Akan tetapi, upaya menguasai pasar
lada hitam Lampung kurang memperoleh sambutan baik. Pada 21 November 1682 VOC
kembali ke pulau Jawa hanya membawa 744.188 ton lada hitam seharga 62.292,312
gulden.
Dari angka itu dapat disimpulkan
bahwa Lampung kala itu dikenal sebagai penghasil lada hitam utama. Lada hitam
pula yang mengilhami berbagai negara Eropa ambil bagian dalam konstelasi politik
Nusantara kala itu. Penguasaan sumber rempah-rempah dunia berarti menguasai
perdagangan dunia-dan tentu saja wilayah.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada
hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan,
ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam
menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan
tersebut telah pudar.
2.
Letak dan
kondisi alam
Provinsi Lampung memiliki luas
35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45′-103°48′ BT dan 3°45′-6°45′ LS.
Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur
dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang
sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau
Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau
Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah
barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit
sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah
merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di
sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
3.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup
tinggi, antara lain:
·
Gunung Pesagi (2262 m) di Sekala
Brak, Lampung Barat
·
Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau,
Lampung Barat
·
Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya,
Lampung Barat
·
Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau
Panggung, Tanggamus
·
Gunung Pesawaran (1.161 m) di
Kedondong, Lampung Selatan
·
Gunung Betung (1.240 m) di Teluk
Betung, Bandar Lampung
·
Gunung Rajabasa (1.261 m) di
Kalianda, Lampung Selatan
·
Gunung Tanggamus (2.156 m) di
Kotaagung, Tanggamus
4.
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di
daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
·
Way Sekampung, panjang 265 km, c.a.
4.795,52 km2
·
Way Semaka, panjang 90 km, c.a. 985
km2
·
Way Seputih, panjang 190 km, c.a.
7.149,26 km2
·
Way Jepara, panjang 50 km, c.a.
1.285 km2
·
Way Tulangbawang, panjang 136 km,
c.a. 1.285 km2
·
Way Mesuji, panjang 220 km, c.a.
2.053 km2
Way
Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus dan Lampung Selatan. Anak
sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada
satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di
Kalianda.
Way
Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai
yang panjangnya lebih dari 50 km adalah
·
Way Terusan, panjang 175 km, c.a.
1.500 km2
·
Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a.
1.143,78 km2
·
Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a.
975 km2
·
Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200
km2
Way
Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang
lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
·
Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197
km2
·
Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a.
870 km2
·
Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179
km2
·
Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550
km2
·
Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879
km2
·
Way Giham, panjang 80 km, c.a.
506,25 km2
Way
Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di
sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km
dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan
besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk
keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang terus-menerus
memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan
yang masih ada, yang tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian
besar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Beberapa
kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut
adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m),
Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m),
Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo
(75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m), dan Kota Liwa (850 m).
5.
Potensi daerah
Lampung fokus pada pengembangan
lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, kopi, jagung dan tebu. Dan di
beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih
menonjol, bahkan untuk tingkat nasional.
6.
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Propinsi
Lampung mencanangkan tahun kunjungan wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi
diLampung adalah Wisata Budaya dibeberapa Kampung Tua diSukau, Liwa, Kembahang,
Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui diLampung Barat dan Festival Sekura yang diadakan
dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar
Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung
Timur.
7.
Bahasa
Masyarakat Lampung yang plural
menggunakan berbagai bahasa, antara lain bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang, dan bahasa setempat yang disebut bahasa
Lampung.
8.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung
sangat potensial berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan)
hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis. Industri penambakan udang
termasuk salah satu tambak yang terbesar didunia setelah adanya penggabungan
usaha antara Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira. Terdapat juga pabrik
gula dengan produksi pertahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung
Madu Plantation dan Sugar group. di tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1
pabrik gula lagi dibawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan
akan mulai produksi pada tahun 2008. Industri agribisnis lainnya : Ketela
(ubi), Kelapa Sawit, coklat, kokoa, Nata de coco dll
9.
Tapis
Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita
suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan
motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam
(Lampung; “Cucuk”). Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah
hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan
menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan
motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan
benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang
digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan
dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah
tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu
senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap
sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang
bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. pusat kerajinan dan penjualan kain tapis serta sulaman khas lainnya
seperti sulam usus dapat diperoleh di sanggar tapis, gallery dan toko-toko
cinderamata di kota bandar lampung, kota bumi, dll. disamping itu dikenal pula
satu kerajinan batik di lampung yaitu sebage
yang mempunyai ragam khas dan corak warna dengan berbagai variasi motif.
Bahan dasar yang di pergunakan adalah sutera dan katun.
10.
Seni dan
budaya
a.
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra,
baik sastra (berbahasa) Indonesia
maupun sastra (berbahasa) Lampung. Lampung juga mempunyai aksara Aksara ini
sering disebut ka-ga-nga. Aksara ini mirip dengan aksara Batak, aksara Bugis,
dan aksara Sunda Kuna (yang bukan aksara Jawa ha-na-ca-ra-ka). Aksara-aksara
ini memang bersaudara, sebab sama-sama diturunkan dari aksara Dewanagari di
India.
b.
Teater
Perkembangan
teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan
mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan
pertunjukkan.
Dan ada beberapa
teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas
Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung
yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya
antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi
Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan.
Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun
aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang
Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara
Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater
seperti pertunjukkan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini
serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman
Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung
PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang
terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang
apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan
pelajar di luar Lampung.
c.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung
memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern
(musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global.red). Adapun jenis musik
yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik Lampung, jenis musik ini
biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik
ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa
kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik
tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau
contohnya, adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang
bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi
ajang promosi pariwisata.
d.
Tari
Ada berbagai jenis tarian yang
merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal
adalah Tari Sembah. Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat
lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau
undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian
penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali
dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
e.
Makanan khas Lampung
·
Keripik pisang yang paling terkenal
di Lampung adalah Keripik Pisang Suseno. keripik pisang ini sudah
terkenal. Tentu saja, kalau membeli keripik pisang. Selain sudah terkenal,
kemasannya sungguh cantik. Bagian luar dikemas dengan kotak, sedangkan bagian
dalam dikemas dengan plastik. Dengan kemasan ini, keripik ini terjamin
kebersihannya. Ada 3 macam rasa yang tersedia, yaitu rasa manis, rasa keju, dan
rasa cokelat. Ketiga macam rasa sama-sama renyah dan sangat enak di lidah.
Keripik pisang Suseno juga tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang berukurang
250 gram, 500 gram, bahkan 1 kilogram.
·
Keripik nangka dan kacang “medan”, merupakan oleh-oleh baru khas Lampung. Tentu saja,
keripik nangka dan kacang “medan” juga tersedia di daerah lain, rasanya sungguh
manis. Bentuknya seperti nangka yang dikeringkan. Untuk kacang “medan”, rasanya
standar saja. Sama seperti kacang-kacang “medan” yang lain.
·
Sambal, lempok
Makanan khas asli lampung dapat diperoleh disekitar klenteng
telukbetung, supermarket, hotel dll.